Selasa, 04 Januari 2011

Faktor perilaku menyimpang pada remaja

Tindak kekerasan adalah perilaku menyimpang.Kekerasan secara fisik merupakan jenis penyimpangan yang mudah sekali terjadi.Penyimpangan ini bisa jadi berupa sebuah pukulan, tamparan, gigitan, melempar, dan aksi lainnya yang bisa menyebabkan luka fisik, meninggalkan bekas, dan menyebabkan rasa sakit yang sangat.
Kekerasan emosional bisa menjadi hal yang sulit dikenali, karena tidak ada tanda-tanda fisik. Kekerasan emosional terjadi saat berteriak dan marah yang berlebihan atau saat orang tua secara langsung mengkritik, mengecam, atau membuat takut anak atau remaja hingga menyebabkan rasa percaya diri dan penghargaan diri si anak rusak.
Kekerasan emosional ini dapat menimbulkan luka dan menyebabkan kerusakan seperti pada kekerasan fisik.Menelantarkan bisa jadi tipe kekerasan yang paling berat.Penelantaran muncul ketika seorang anak atau remaja tidak memiliki cukup makanan, tempat berlindung, pakaian, perawatan kesehatan, atau pengawasan.Penelantaran emosi terjadi saat orang tua tidak cukup menyediakan dukungan emosi atau sederhananya hanya sedikit meluangkan waktu bagi si anak.Tapi, penelantaran ini tidak termasuk orang tua yang tidak memenuhi keinginan si anak yang meminta komputer atau telepon seluler.
SEBAB-SEBAB “ABG” BERMASALAH
Kalau ada anak remaja bermasalah berarti pada proses tumbuh kembangnya, anak remaja tersebut sedang mengalami gangguan sekaligus telah terjadi sesuatu yang salah dalam pembentukan jati dirinya. Beberapa faktor yang menyebabkan anak remaja bermasalah antara lain :
1. Keluarga yang gagal dalam melaksanakan fungsinya (disfungsional keluarga).
Setiap pria dan wanita yang menikah menjadi pasangan suami istri pasti mempunyai cita-cita dan tujuan untuk membangun keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera.Meskipun ketika pacaran biasanya dipenuhi dengan basa basi, kepura-puraan bahkan penipuan (saling membohongi), namun ketika sampai masalah tujuan berkeluarga maka tidak ada pasangan suami istri yang berani basa basi.Hanya pasangan yang gilalah yang berani basa basi dalam hal tujuan menikah dan berkeluarga.Meskipun demikian dalam kenyataannya banyak pasangan suami istri yang gagal mewujudkan keinginannya untuk membangun keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera (sakinah, mawaddah dan rahmah) yang disebabkan oleh tidak adanya saling pengertian, saling memahami dan menyesuaikan, penyelewengan dan sebagainya. Keluarga memiliki fungsi sebagai tempat pembentukan kepribadian anak remaja yang pertama, sehingga keluarga memegang peranan utama dalam proses perkembangan anak. Lingkungan yang pertama yang memberikan pengaruh mendalam adalah lingkungan keluarga. Dari anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan saudara-saudara sekandungnya anak akan memperoleh segala kemampuan dasar baik intelektual, moral maupun sosial. Kalau satu keluarga tidak berhasil/gagal dalam mewujudkan fungsinya maka dapat menyebabkan anak remaja tidak betah dirumah, kehilangan kepercayaan terhadap orang tua dan lebih percaya terhadap orang lain, mencari tempat pelarian di luar rumah bahkan remaja menganggap rumahnya bagaikan neraka. Kehilangan keharmonisan dalam keluarga akan memiliki pengaruh destruktif sekaligus sebagai hal yang membingungkan, sebab mereka kehilangan tempat berpijak dan pegangan hidup.
2. Komunikasi orang tua dan anak yang tidak sehat.
Seorang gadis 15 tahun, sesudah konseling dengan seorang psikolog, sebelum keluar rumah gadis itu berhenti sebentar dan berkata : “Alangkah senangnya dapat mengungkapkan perasaan saya yang sesungguhnya kepada sseorang. Belum pernah saya ceritakan hal-hal ini kepada orang lain sebelumnya, saya tidak akan berbicara seperti ini dengan orang tua saya”. Contoh ini merupakan contoh yang umum bagaimana anak menarik diri dari orang tuanya dan segan mengungkapkan perasaan-perasaannya.Gadis tersebut mungkin telah belajar dari pengalaman dan mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi dengan orang tua tidaklah menolong malah sering membuat tidak aman.Akibatnya banyak orang tua kehilangan beribu-ribu kesempatan untuk menolong anak-anaknya yang menghadapi masalah hidupnya Sejelek-jeleknya terminal biasanya setiap kendaraan sudah memiliki jalur dan tujuan yang jelas dan disepakati bersama, akan tetapi dapat terjadi suatu keluarga berjalan tanpa memiliki arah dan tujuan yang jelas, bahkan tidak memiliki kesepakatan apapun sebagai hasil komunikasi/musyawarah. Masing-masing anggota keluarga atau rumahnya sebagai tempat makan, tidur, mandi dan sebagai toilet.
3. Perlakuan pengasuhan dan cara mendidik anak yang kurang tepat.
Seorang anak yang kecewa pada kedua orang tuanya berkata dalam suatu konsultasi “Mereka seringkali mengatakan betapa buruknya saya dan betapa bodohnya gagasan-gagasan saya, dan betapa saya tidak dapat dipercaya dan bahwa saya banyak melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai.Bila mereka menganggap saya buruk dan bodoh, lebih baik saya terus melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai”.Apa yang dikatakan oleh anak remaja tersebut mengingatkan kita pada pepatah kuno, “Katakan pada anak bahwa ia buruk, maka ia benar-benar akan menjadi buruk”. Memang anak-anak sering menjadi apa yang dikatakan oleh orang tuanya.
Beberapa perlakuan orang tua yang kurang tepat / tidak dewasa antara lain :
a) Sangat melindungi dan memanjakan anak (over proteksi atau sebaliknya)
b) Hanya memberikan kepuasan lahiriah / materi saja dalam usaha mempengaruhi dan mendidik anak-anak dan kurang memberi kepuasan dan kehangatan batiniah.
c) Sangat menguasai anak secara autokratis dan memperlakukan anak dengan keras.
d) Memperlihatkan kekhawatiran tentang masa depan secara demonstratif dihadapan anak-anak.
4. Materialistik dan mengabaikan nilai-nilai agama
Bagi orang tua yang sudah terjangkiti virus materialisme maka akan mengakibatkan bentuk komunikasi dan perhatian terhadap anak-anaknya berubah menjadi komunikasi yang bersifat materialistik seperti : mudah memberikan barang-barang mahal, selalu memenuhi permintaan anak dan sebagainya.
1. Teknik “TELADAN” dalam diri sendiri
T erampil untuk sendiri dan orang lain
E dukasi bukan sekedar pengajaran
L ingkungan religius diciptakan
A nak didik didewasakan
D ekatkan hati siswa, guru dan orang tua
A plikasikan ilmu dalam kehidupan
N eed for Achievement ditumbuhkan
2. Teknik “AKURLAH” dalam Keluarga (orang tua)
A gama menjadi sesuatu uang hidup dan dihayati
K omunikasi yang sehat dibiasakan
U payakan memiliki waktu bersama dan kebersamaan
R iang hati dan selalu membahagiakan
L apang dada dan sabar menghadapi persoalan dan perbedaan
A nak dan orang tua saling menghargai dan menyayangi
H idup selamat dunia kahirat menjadi tujuan
3. Teknik “BERIBADAH” dalam Masyarakat
B udaya malu dihidupkan
E tika dipelihara dalam seluruh praktek bermasyarakat
R ukun dan damai terus dipelihara
I badah ritual dan ibadah sosial dilakukan
B udaya permisive dan pornografi ditiadakan
A gama harus dipahami dan diamalkan, bukan hanya dibicarakan
D ialog dibudayakan dan kekerasan dihindari
A lkohol, Narkoba dan perjudian harus diperangi
H ukum ditegakkan secara adil untuk semua orang
nikilauda2810.wordpress.com/.../faktor-perilaku-menyimpang/ - Tembolok - Mirip
Masalah Remaja Di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
1. Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2. Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya.Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak.
5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya.Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.
1) Pertama, lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama.
Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis akan menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah. Anak tidak mersa aman dan tidak mengalami perkembangan emosional yang seimbang.Akibatnya, anak mencari bentuk ketentraman di luar keluarga, misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan lain-lain.
2) Kedua, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci dalam proses perkembangan kepribadian remaja.
3) Ketiga, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak.
Pemenuhan kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang lain.

4) Keempat, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak.
Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.
5) Kelima, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan.
Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka.Para remaja tidak dipersatukan oleh suatu identitas yang ideal.Mereka hanya himpunan anak-anak remaja atau pemuda-pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak berharga (hura-hura), kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional tanpa tujuan jelas.

Apa Jalan Keluar Kita?
1. Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama. 
2. Kedua, menjalin pergaulan yang tulus.
3. Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati.
• Penggunaan narkoba
Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah.Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya.
Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.

Mengonsumsi alkohol
Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang merupakan penyebab utama kematian remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen.
Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder (ADD) karena jarang diperhatikan oleh orang tua.

Hubungan Seksual Pra Nikah
Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film. Adapun motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka, pengaruh teman, kebutuhan biologis dan merasa kurang taat pada nilai agama.
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Ohio University menyebutkan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia dini cenderung menjadi pribadi yang meresahkan masyarakat, yaitu menjadi seorang pemalak.

Aborsi
Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah.Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya.Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.
Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi.Pengetahuan seks yang kurang menjadi salah satu pemicunya.

Kecanduan Game
Terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari PsychiatricTime, alasan anak-anak bermain game adalah ingin mencoba sesuatu yang baru dan untuk menghilangkan stres akibat tugas sekolah atau karena suatu masalah.
Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.

Perubahan ideologi
Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga, dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya.
Seperti contoh baru-baru ini, tersangka teroris Hotel Marriot dan Ritz Carlton Juli 2009 adalah remaja lulusan SMA yang mau melakukan aksi tersebut karena telah didoktrin jalan tersebut adalah jihad.
Remaja gampang disusupi hal-hal negatif di atas karena jiwanya masih labil.Orangtua harus tanggap terhadap perilaku anak yang berubah agar jika sudah ada gejala-gejala yang aneh bisa segera diselamatkan sejak awal.Komunikasi yang bagus menjadi kunci anak mau berterus terang kepada orangtuanya serta pengajaran akhlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar